Senin, 10 Mei 2010

PRINSIP-PRINSIP DAKWAH ISLAMIYYAH

Istilah dakwah, memang bukan sesuatu yang asing di telinga kaum muslimin. Dakwah adalah suatu istilah yang berkaitan erat dengan agama (baca : Islam) ini. Karena memang agama ini adalah agama risalah, maka tak bisa tersampaikan risalah ini kecuali dengan dakwah. 

Tapi di balik semua itu, tidak sedikit kaum muslimin yang belum mengerti kepada hakikat dakwah yang sebenarnya. Dakwah seakan-akan mengalami penyempitan makna dalam kosa kata kita sehari-hari. 

Mungkin kita tak pernah merasa asing bila ada orang yang berujar; kalau mau dakwah jangan di sini, tapi di mesjid! Kalimat itu sering terlontar ketika seseorang menanggapi temannya ketika ia memberikan nasihat yang bertele-tele, apalagi bila ia sedikit menyitir ayat-ayat Al Quran atau Hadits.

Munculnya kalimat itu memberikan perhatian bahwa suatu kegiatan dakwah itu tempat yang semestinya adalah di suatu tempat tertentu seperti mesjid, majlis taklim atau yang lainnya. Dari sana dapat diketahui bahwa sebagian besar kaum muslimin seakan-akan memahami bahwa agama ini tidak usah ikut campur dalam urusan duniawi. 

Pengertian Dakwah 
Secara bahasa, makna dakwah terbagi ke dalam beberapa pengertian. Diantaranya; an-nida, yang berarti memanggil, atau ad-du’a ila syai’i, menyeru dan mendorong pada sesuatu. Dalam kamus Al Mishbahul Munir dikatakan bahwa da’a adalah; suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia ke suatu aliran atau agama tertentu. 

Sedangkan dalam kamus Lisanul ‘Arab, pengertian du’at adalah orang-orang yang mengajak manusia untuk berbai’at pada petunjuk atau kesesatan. Setiap da’i memiliki ciri khas, tergantung apa yang ia dakwahkan. Imam Ibnul Qayyim berkata; “Kata du’at adalah jamak dari da’i, seperti kata qadhi dan qudhat. Disandarkannya kata dakwah kepada Allah, adalah karena spesifikasinya, yaitu para da’i yang khusus menyeru kepada agama Allah, beribadah kepada-Nya, bermakrifat dan mahabbah kepada-Nya. Mereka itu adalah khawash khalqillah (makhluk Allah yang istimewa), yang paling mulia dan paling tinggi kedudukan dan nilainya di sisi Allah.”

Dakwah adalah Kewajiban yang berat Para kader dakwah mengetahui bahwa akhir perjalanan manusia ini tergantung pada sejauh mana tabligh (dakwah) mereka kepada manusia, sejauh itu pula manusia memperoleh kebahagiaan (atau tidak memperolehnya), dan akan berpengaruh terhadap pahala atau siksa di dunia dan akhirat. 

Karena itulah para rasul merasakan besarnya tugas yang dibebeankan kepada mereka. Firman Allah: “Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.” (QS. Al Muzamil : 5) 

Sayid Qutub berkata: “Barangsiapa menganggap ringan kewajiban (dakwah) ini, padahal ia merupakan kewajiban yang dapat mematahkan tulang punggung dan membuat orang gemetar, maka ia tidak akan bisa melaksanakannya secara kontinu kecuali atas pertolongan Allah. 

Ia tidak akan bisa teguh di atasnya kecuali dengan keikhlasan pada-Nya. Orang yang berada di jalan dakwah ini siangnya berpuasa, malamnya shalat dan ucapannya penuh zikir. Hidup dan matinya hanya untuk Allah.”

Dakwah yang kita maksudkan
Dakwah yang wajib bagi kaum muslimin untuk melaksanakannya adalah dakwah yang berorientasi pada : 
1. Membangun masyarakat Islam, mengajak manusia memeluk agama Allah dan memperingatkan dari syirik. 
2. Dakwah dengan melakukan perbaikan pada masyarakat yang terkena musibah, seperti penyimpangan, kemungkaran dan pengabaian terhadap kewajiban syari’at. 
3. Memelihara kelangsungan dakwah di kalangan masyarakat yang telah berpegang pada kebenaran, pengajaran yang berkesinambungan, pengingatan, penyucian jiwa dan pendidikan. 
Karakter Dakwah Kita Dakwah ini memiliki beberapa karakter yang membedakannya dari dakwah-dakwah yang lain. 

Di sini akan disebutkan secara ringkas, yaitu : 
1. Rabbaniyah, artinya bersumber dari wahyu Allah SWT. 
2. Wasathiyah, artinya tengah-tengah atau tawazun (seimbang), 
3. Ijabiah, artinya positif dalam memandang alam, manusia dan kehidupan. 
4. Waqi’iyah, artinya realistis dalam memperlakukan individu atau masyarakat. 
5. Akhlaqiah, artinya penuh dengan nilai kebenaran dalam saran atau tujuannya. 
6. Syumuliah, artinya utuh dan menyeluruh dalam manhajnya. 
7. Alamiah, bersifat mendunia (universal) 8. Syuriyah, artinya berpijak di atas prinsip musyawarah. 
9. Jihadiyah, artinya terus memerangi siapa yang berani mencegah tersebarnya dakwah. 
10. Salafiah, artinya menjaga orisinalitas dalam pemahaman dan aqidah. Hal-hal yang telah disebutkan di atas sebagai penjelasan tentang apa yang akan kita dakwahkan, karena masih banyak orang yang tidak mengenal Islam kecuali sebatas ritual dan seremonial belaka. Jika itu telah dilaksanakan, mereka merasa puas sambil mengira bahwa dirinya telah sampai pada ajaran Islam. Sebagian lagi ada yang memandang Islam hanya dari sisi akidah dan amal tradisi yang tidak mengenal perkembangan zaman. Pemahaman seperti ini tampak pada kebanyakan orang yang terdidik denagn pendidikan sekuler dan liberal. Sehingga tidak mengetahui Islam secara paripurna (syumul), sebab dipengaruhi oleh orang-orang yang kurang simpatik kepada Islam. Inilah pemahaman yang berlaku di kalangan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu harus dipahamkan bahwa Islam adalah pedoman hidup yang komprehensif, meliputi seluruh aspek kehidupan. Islam adalah negara dan tanah air, pemerintahan dan umat, akhlak dan kekuatan, rahmat dan keadilan, tsaqafah dan hukum. Islam adalah materi dan kekayaan atau suatu usaha dari kekayaan, merupakan jihad dan dakwah, tentara dan pola pikir, sebagaiman Islam juga merupakan aqidah yang murni dan ibadah yang benar secara bersamaan. 

  Daftar Bacaan: Al-Quran dan Terjemahnnya, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Miftah Dar as Sa’adah Ibnul Qayyim, Fiqh Dakwah Jum’ah Amin, Kamus Al-Mishbahul Munir, Kamus Lisanul ‘Arab.

Posting Komentar